Saturday, July 3, 2010

Orang Bali Menyembah Setan?

Para pendeta yang menjadi pemimin suatu upacara di Bali

Orang Bali menyembah setan? Tidak, kalimat pertama yang ingin saya katakan. Orang Bali tidak menyembah setan. Semua itu adalah perlambang dari kekuatan jahat dan kekuatan baik. Akan selalu ada kekuatan jahat, tetapi juga selalu ada kekuatan baik yang akan menetralisirnya. Hanya itu yang saya tahu sebelum ide muncul untuk mengulas lebih jauh di blog saya ini.

Mungkin orang lain berfikir, bahwa kenapa orang Bali khususnya yang beragama Hindu sujud di depan patung yang menyeramkan seperti iblis?. Saya juga sempat dibuat bertanya-tanya akan hal itu. Padahal saya adalah orang Bali, saya beragama Hindu, tetapi tidak begitu paham dengan banyak adat dan tradisi yang ada disekeliling, padahal saya jalani setiap waktu. Untung juga saya adalah tipe orang yang sedikit kritis, tidak mau menerima sesuatu tanpa ada penjelasan yang masuk akal. Tidak mau mendengar kata-kata “nak mule keto”, bahasa Bali yang sering di ucapkan untuk menggampangkan sesuatu, yang artinya “memang seperti itu adanya”. Bukan hanya saya, bahkan sebagian besar orang-orang disekeliling jarang yang mengerti makna Barong dan Rangda secara akal sehat.

Dalam penelusuran ini saya menemukan dua pokok hal yang ingin di ulas, apa itu Barong dan apa itu Rangda. Dan mengapa sampai ada di tempat suci/ pura-pura?


Tari barong yang memukau para turis mancanegara

Kita mulai saja. Barong, dalam catatan tertulis interpretasi tentang Barong tidak secara tegas menyebutkan arti kata Barong, masing-masing mempunyai pandangan yang berbeda-beda, secara etimologi kata, Barong berasal dari bahasa sanskerta yaitu kata Bhairawa, (Zoetmulder, P.J, Kamus Jawa Kuna-Indonesia) artinya menakutkan, mengerikan, dasyat, luar biasa, bentuk Siwa yang mengerikan, penganut aliran Bhairawa, karena pengaruh warisan bahasa yang dipakai di daerah tertentu yang membedakan bahasa yang dipakai disatu tempat dengan bahasa yang dipakai di tempat lain walaupun varian-variannya berasal dari satu bahasa, menjadi Brerong. Dalam Kamus Bali-Indonesia Brerong berarti hantu hutan semacam kucing. Kemudian kata Bererong menjadi Barong.


Barong dalam mitos hindu merupakan suatu bentuk penjelmaan kekuatan positif

Ada juga yang mengartikan kalau Barong berasal dari kata “Ba-ru-ang” dalam bahasa Indonesia huruf u dan a berasimilasi menjadi o, sehingga ru dan a (ng) menjadi ro (ng) yang berarti dua. “rong” mengandung makna ruang, jadi dua rong yang dimaksud adalah dua ruang sebagai tempat penarinya (pemanggul). Namun kenyataan di lapangan banyak pula masyarakat yang menghubung-hubungkan kata Barong kepada kata Beruang karena kemiripan pengucapan. Beruang atau binatang yang memiliki kekuatan gaib -- dianggap sebagai binatang pelindung. Padahal didalam susastra Hindu tidak ada menyebutkan beruang sebagai hewan suci yang dikeramatkan maupun sebagai wahana para dewa jaman dahulu, maupun dari bahasa Tiongkok tak ada menyebutkan kata Barong Sae, yang ada adalah Liong Sae yang artinya tarian naga dan singa.( Entah mana yang benar).

Barong dihubung-hubungkan dengan binatang "Beruang" yang kaitannya masih meragukan


Topeng Barong terbuat dari kayu, perhiasannya terbuat dari kulit dan manik-manik. Sedangkan rambutnya bisanya terbuat dari semacam serat daun (parasok).


Barong yang disakralkan di pura-pura berbeda dengan barong dalam pementasan tari.

Rangda, menurut etimologinya, kata Rangda yang dikenal di Bali berasal dari Bahasa Jawa Kuno yaitu dari kata Randa yang berarti Janda. Rangda adalah sebutan janda dari golongan Tri Wangsa yaitu:
Waisya,
Ksatria,
Brahmana,
Sedangkan dari golongan Sudra disebut Balu dan kata Balu dalam bahasa Bali alusnya adalah Rangda.


Wujud Rangda yang menyeramkan. Gigi yang runcing, mata melotot, lidah yang menjulur, yang semuanya disertai api yang berkobar.

Perkembangan selanjutnya istilah Rangda untuk janda semakin jarang kita dengar, karena dikhawatirkan menimbulkan kesan tidak enak mengingat wujud Rangda yang 'aeng' (seram) dan menakutkan serta identik dengan orang yang mempunyai ilmu kiri (pengiwa). Sesungguhnya pengertian di atas lebih banyak diilhami cerita-cerita rakyat yang di dalamnya terdapat unsur Rangda. Cerita yang paling besar pengaruhnya adalah Calonarang.


Walau hanya topeng dari kayu, wujud Rangda yang dibuat dengan sentuhan seni tinggi membuat anak-anak takut untuk melihatnya.

Dalam kamus Jawa-Kuna oleh Zoetmulder, menguatkan kata Rangda yang berarti laki-laki yang wafat tanpa keturunan laki-laki, pohon yang gundul, kata cacian untuk menyapa wanita, duda, janda tua dalam rumah tangga istana, penghianat. Beliau disebut janda/duda artinya tidak ada keturunan atau tidak produktif lagi, tidak ada keterikatan lagi di dunia ini, tidak ada kehidupan di api, semua habis di bakar oleh api, makanya dalam fenomena kerawuhan Rangda akan mengeluarkan suara bagaikan air mendidih kalau kita apresiasikan setiap beliau berludah akan mengeluarkan ludah api, setiap nafas akan mengeluarkan nafas api, makanan beliau pun api, beristanakan Api. Sehingga perwujudannya pun memiliki banyak ornament api seperti tampak pada lidah yang menjulur, pada belahan rambut, pada alis, taring, dan sekujur badan.


Rangda adalah simbol kekuatan negatif. Dipercaya bahwa para penganut ilmu hitam di Bali mampu berubah wujud menyerupai Rangda (leak), sehingga menjadi rancu antara Leak (ilmu hitam) dan Rangda yang ada di Pura

Mitos Barong dan Rangda
dalam prasasti Pasek Mancagra diceritakan munculnya wabah karena kemarahan Dewi Uma. Akibat kemarahan itu, Dewi Uma berubah wujud menjadi Rangda (Dewi Durga). Khawatir perbuatan tersebut mengundang bencana, Dewa Wisnu menandingi dengan berubah wujud menjadi Banaspati Raja (Barong)

Barong yang sedang mengganggu pertapaan Rangda agar efek negatif yang ditimbulkan ke dunia dapat berkurang.

Dalam Lontar Barong Swari, kemarahan Dewi Durga itu dilampiaskan dengan beryoga menghadap ke empat penjuru mata angin secara bergantian. Dalam beryoga itu Dewi Durga mengeluarkan kesaktian ilmu hitamnya berupa wabah penyakit. Ketika menghadap ke utara beliau menciptakan gering lumintu ( tidak dijelaskan apa dan bagiamana), sewaktu menghadap ke barat beliau menciptakan gering amucuh (tidak ada penjelasan). Sedangkan waktu beryoga menghadap ke selatan menciptakan gering rug bhuana (tidak ada penjelasan) dan saat menghadap ke timur Dewi Durga menciptakan gering utah bayar/ muntaber. Dalam yoganya ini munculah Barong yang mengganggu pertapaan Rangda untuk mengurangi efek kekuatan negatif yang ia sebarkan


Pertempuran Barong dan Rangda dalam cerita Calonarang masih diminati oleh masyarakat lokal, walaupun sedikit yang mengerti sejarahnya

Sementara dalam cerita rakyat, Calonarang, diceritakan bahwa kemungkinan besar Rangda berasal dari ratu Mahendradatta yang hidup di pulau Jawa pada abad yang ke-11. Ia diasingkan oleh raja Dharmodayana karena dituduh melakukan perbuatan sihir terhadap permaisuri kedua raja tersebut. Menurut legenda ia membalas dendam dengan membunuh setengah kerajaan tersebut, yang kemudian menjadi miliknya serta milik putra Dharmodayana, Erlangga. Kemudian ia digantikan oleh seseorang yang bijak.

Raksasa (punakaan rangda) yang menjadi lawakan dalam cerita Calonarang.


Raja Erlangga yang menusuk Rangda dengan keris, yang nantinya Erlangga berubah/ menjelma menjadi Barong


Murid-murid dari rangda yang mempelajari ilmu hitam dalam cerita Calonarang.


proses trans/ kesurupan dalam cerita Calonarang. Dimana para penari akan menyerang Rangda dengan sebilah keris secara membabi buta.

Barong dan Rangda, yin & yang, kekuatan positif dan negatif yang akan selalu ada sebagai pendukung keseimbangan alam.

Rangda sangatlah penting bagi mitologi Bali. Pertempurannya melawan Barong atau melawan Erlangga sering ditampilkan dalam tari-tarian. Tari ini sangatlah populer dan merupakan warisan penting dalam tradisi Bali. Rangda digambarkan sebagai seorang wanita dengan rambut panjang yang acak-acakan serta memiliki kuku, lidah, dan payudara yang panjang. Wajahnya menakutkan dan memiliki gigi yang tajam. Transformasi dari hal yang skaral menjadi sebuah pertunjukan komersil inilah yang saya rasa membingungkan masyarakat awam dan wisatawan dalam menilai keberadaan, fungsi dan makna barong dan Rangda yang sebenarnya.

Kesimpulan
Barong adalah karakter dalam mitologi Bali. Ia adalah raja dari roh-roh serta melambangkan kebaikan. Ia merupakan musuh Rangda dalam mitologi Bali. Barong dan Rangda, identik dengan simbol kebaikan dan kebatilan. Barong adalah perlambang suatu kekuatan baik dan positif serta Rangda adalah simbol kebatilan, negatif dan kejahatan. Dalam kehidupan orang Bali dikenal adanya Rwa Bhineda, dimana suatu keseimbangan diperoleh karena adanya dua unsur yang saling menyeimbangkan yaitu kekuatan positif dan negative, yin dan yang. Jika salah satu unsur itu tiada maka keseimbangan alam akan terganggu/ colapse. Karena itu menurut pandangan pribadiku, alangkah bijaksananya kita sebagai manusia mau menghargai perbedaan untuk mencapai keseimbangan. Daripada bertempur tanpa unjung ada baiknya kita mabil jalan tengah, netralisir kejahatan dengan kebaikan.

Tulisan ini mengambil banyak sumber-sumber dari internet (wikipedia), dan sebagian merupakan pandangan dari penulis pribadi, bila ada yang kurang berkenan mohon kritik dan sarannya. Tujaun tulisan ini adalah mengembalikan keutuhan dari kepercayaan yang kita anut (Hindu) agar tidak asal sembah dan ikut-ikutan tanpa dibarengi oleh pemahaman yang cukup. Sehingga bila terjadi masalah yang bersifat pelecehan, penodaan, penistaan terhadap suatu kepercayaan, kita akan lebih arif dan bijak dalam menyikapinya.

bali wedding art photography
for your wedding | pre wedding | pos wedding photography service

4 comments:

  1. Tulisan menarik dan Inspiratif..Keep Writing!

    ReplyDelete
  2. @wirajhana...thanks mas, saya baru belajar nulis, maaf klo masih amburadul bahasanya ^^

    ReplyDelete
  3. mantab bro.. teruskan menulis.. tulisan oke, informatif dan mudah dimengerti.. ditambah fotonya keren top abeeeezzzzzz...!!!! sip sip sip!

    ReplyDelete
  4. ehh sy kira siapa, gingsul manis..hehehe
    thanks ya, support anda adalah inspirasi untuk tulisan sy berikutnya, smeoga bahasa sy yg amburadul masih bisa di mengerti pembaca yang budiman, thanks :)

    ReplyDelete

Your comment is expected ^^